This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Hikam, Moh Atoillah Sohibul (2025) Menyakiti mayat dalam praktik transplantasi organ tubuh: kajian ma’anil hadis riwayat Abu dawud no. 3207 prespektif Hasan Hanafi. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
![]() |
Text
Moh Atoillah Sohibul Hikam _07020521044.pdf Download (1MB) |
![]() |
Text
Moh Atoillah Sohibul Hikam _07020521044_Full.pdf Restricted to Repository staff only until 9 July 2028. Download (1MB) |
Abstract
Toleransi terhadap penghormatan jenazah dalam Islam merupakan bentuk nyata penghormatan terhadap hak dasar manusia, termasuk dalam konteks transplantasi organ tubuh. Kritik sanad dan kehujjahan hadis tentang menyakiti mayat dalam transplantasi organ tubuh Riwayat Sunan Abu Dawud No Indeks 3207 menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Hadis tersebut memiliki kelemahan dalam periwayatannya, khususnya dari jalur Imam Abu Dawud, di mana terdapat perawi bernama Sa’ad bin Sa’id dan Abdul Aziz bin Muhammad yang dinilai Ṣadūq rubbamā akhṭa`a. Kelemahan ini menyebabkan hadis tidak dapat dinaikkan derajatnya menjadi Hasan Lighairihi, sehingga tetap berstatus Hasan Lidhathihi. Dengan demikian, hadis ini termasuk dalam kategori maqbul ma’mu>l bih, yang dapat diterima dan dijadikan hujjah dalam praktik kehidupan sehari-hari. Pemaknaan hadis ini, sebagaimana dijelaskan oleh As-Suyuthi, menunjukkan larangan keras untuk menyakiti jenazah, bahkan mematahkan tulang mayit disamakan dosanya dengan mematahkannya saat masih hidup. Para ulama seperti Al-Tibi, Ibnu al-Malik, dan Ibnu Hajar menegaskan bahwa jenazah memiliki kehormatan yang wajib dijaga, bahkan ada keyakinan bahwa mayit masih bisa merasakan sakit. Riwayat dari Ibnu Mas'ud juga memperkuat pemahaman bahwa menyakiti seorang mukmin setelah wafatnya sama saja seperti menyakitinya saat hidup. Dalam konteks modern, para ulama membolehkan transplantasi organ dengan syarat tertentu, seperti atas dasar kerelaan, tidak membahayakan donor, dan tanpa unsur jual beli. Pendapat ini diperkuat oleh fatwa Majma’ al-Fiqh al-Islami, Syaikh Jad al-Haq, dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz, dengan landasan kaidah fikih ad-dharuratu tubihul mahdhurat serta jalb al-mashalih wa dar’ al-mafasid. Dalam penelitian ini, data tentang transplantasi organ dianalisis berdasarkan pandangan ulama, medis, serta teori Teologi Antroposentris Hasan Hanafi. Hadis riwayat Sunan Abu Dawud dikaji dalam kaitannya dengan persoalan ini, yang menegaskan bahwa mematahkan tulang mayit merupakan bentuk pelanggaran karena sama dengan tindakan terhadap orang hidup. Di sisi lain, pandangan ulama dan medis menunjukkan bahwa transplantasi organ diperbolehkan atas dasar kemanusiaan dengan izin yang bersangkutan. Kesamaan pemahaman dari berbagai perspektif ini menunjukkan bahwa perubahan atau perlakuan terhadap organ tubuh harus memiliki izin dan berlandaskan prinsip kemanusiaan. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, maka larangan harus ditegakkan sesuai dengan prinsip syariah.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Fikih Kesehatan Kesehatan Hadis |
||||||||
Keywords: | Transplantasi organ; Imam Abu Dawud; Hasan Hanafi | ||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Hadis | ||||||||
Depositing User: | MOH ATOILLAH SOHIBUL HIKAM | ||||||||
Date Deposited: | 09 Jul 2025 03:12 | ||||||||
Last Modified: | 09 Jul 2025 03:12 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/80708 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |