This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Ramadhan, Muhammad Fadhil (2025) Istidrāj perspektif Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab tafsir Marāḥ Labīd. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
![]() |
Text
Muhammad Fadhil Ramadhan_07040321120.pdf Download (2MB) |
![]() |
Text
Muhammad Fadhil Ramadhan_07040321120_Full.pdf Restricted to Repository staff only until 7 July 2028. Download (2MB) |
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan situasi dimana masyarakat modern sangat berambisi dalam memperoleh kenikmatan duniawi dengan tidak memperhatikan ketentuan dalam beragama. Perhatian masyarakat modern yang tertuju pada perolehan duniawi yang melimpah, menjadikan keberadaan materi sebagai standarisasi atas kesuksesan seseorang. Pandangan ini, melahirkan ambisi berlebihan dalam memburu duniawi, seperti perolehan materi, haus validasi, jabatan, dan sebagainya, hingga menghalalkan segala cara untuk bisa mencapainya. Mereka tidak sadar bahwa perolehan berbagai macam duniawi bisa mendatangkan istidrāj bagi mereka. Penelitian ini mengeksplorasi pemahaman tentang istidrāj menurut pandangan Syekh Nawawī al-Bantanī dalam kitab tafsirnya Marāḥ Labīḍ. Adapun jenis pada penelitian ini merupakan jenis penelitian library research atau bisa disebut penelitian kepustakaan, dan pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis. Sedangkan pada kajian penelitian tafsir diperlukan suatu metode dalam menganalisis penafsiran, maka pada penelitian ini menggunakan metode tafsir taḥlīlī, yakni dengan menjelaskan secara mendalam mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan istidrāj. Adapun penelitian ini mendapatkan pemahaman bahwa istidrāj menurut Syekh Nawawī al-Bantanī adalah bentuk cara Allah SWT menghukum orang yang mendustakan-Nya, berbuat maksiat, tidak bersyukur atas nikmat, dengan cara memberikan berbagai macam kenikmatan duniawi agar mereka semakin terjerumus dalam kemaksiatan. Setiap mereka berbuat maksiat maka akan diperbarui juga rasa nikmat baginya, sampai pada puncaknya mereka akan tiba pada kebinasaan dan kehancuran. Dalam konteks zaman sekarang, di mana materialisme dan hedonisme mendominasi, konsep ini sangat relevan. Banyak orang mengukur kebahagiaan melalui harta, jabatan, atau popularitas, tanpa menyadari bahwa kenikmatan tersebut bisa menjadi jebakan istidrāj. Syekh Nawawī mengingatkan kita untuk selalu waspada, bersyukur, dan tidak lalai dari kewajiban agama, agar tidak terjerumus dalam kesombongan dan kehancuran spiritual.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Akhirat Al Qur'an Tasawuf |
||||||||
Keywords: | Istidrāj; Syekh Nawawī al-Bantanī; Marāḥ Labīd | ||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Alquran dan Tafsir | ||||||||
Depositing User: | Muhammad Fadhil Ramadhan | ||||||||
Date Deposited: | 07 Jul 2025 03:27 | ||||||||
Last Modified: | 07 Jul 2025 03:27 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/82100 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |