Pembatalan nikah karena sakit jiwa: studi komparasi pemikiran Imam Syafii dan kompilasi hukum Islam

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Hadiri, Hadiri (2017) Pembatalan nikah karena sakit jiwa: studi komparasi pemikiran Imam Syafii dan kompilasi hukum Islam. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Cover.pdf

Download (6MB) | Preview
[img]
Preview
Text
Abstrak.pdf

Download (218kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar Isi.pdf

Download (313kB) | Preview
[img] Text
Bab 1.pdf

Download (2MB)
[img]
Preview
Text
Bab 2.pdf

Download (3MB) | Preview
[img] Text
Bab 3.pdf

Download (3MB)
[img] Text
Bab 4.pdf

Download (1MB)
[img] Text
Bab 5.pdf

Download (687kB)
[img] Text
Daftar Pustaka.pdf

Download (358kB)

Abstract

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan tentang “Pembatalan Nikah Karena Sakit Jiwa (Studi Pemikiran Imam Syafii dan Kompilasi Hukum Islam Indonesia)”. penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pembatalan nikah karena sakit jiwa jika ditinjau dari pemikiran Imam Syafii. 2. Bagaimana pembatalan nikah karena sakit jiwa jika ditinjau dari Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. 3. Bagaimana kekuatan dan kelemahan pendapat nikah karena sakit jiwa jika ditinjau dari pemikiran Imam Syafii dan Kompilasi Hukum Islam Indonesia. Data penelitian diperoleh melalui hasil pustaka yang berhubungan dengan pembatalan nikah karena sakit jiwa dengan Studi Pemikiran Imam Syafii dan Kompilasi Hukum Islam. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Metode Deskriptif Analisis dan kesimpulannya menggunakan logika Induktif berupa kasus yang diteliti dan deduktif berupa dalil-dalil. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Imam Syafii berpendapat bahwa penyakit yang menyebabkan dibolehkannya pasangan suami-isteri memutuskan ikatan perkawinan, yaitu penyakit karena gila, atau sesuatu yang tumbuh pada kelamin wanita yang gatal dan penyakit kelamin bukan alasan untuk memutuskan ikatan perkawinan. Pasal 72 KHI yaitu perkawinan yang dilangsungkan di bawah ancaman, status hukumnya sama dengan orang yang dipaksa, dan tidak mempunyai akibat hukum. Sama halnya dengan orang yang salah sangka terhadap diri suami atau istrinya. Status hukumnya sama dengan orang yang khilaf, karena itu tindakan hukum maka tidak berakibat hukum, kecuali bila ada indikasi lain seperti yang diatur dalam ayat 3 pasal 72 di atas. Sehingga akhir dari penulisan skripsi ini menyarankan kepada penegak hukum di pelosok negeri Indonesia untuk menegakkan hukum dengan sebaik-baiknya, dan para pembuat undang-undang agar dipikirkan betul ketika sedang membuat undang-undang, dan tegaslah kepada pemilihan undang-undang yang akan ditegaskan untuk dimasyarakatkan.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Hadiri, Hadiriedenhadiri@gmail.comUNSPECIFIED
Subjects: Keluarga > Keluarga Islam
Keywords: Pembatalan nikah; Sakit jiwa; Pemikiran Imam Syafii
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Hukum Keluarga Islam
Depositing User: hadiri sh hanifah
Date Deposited: 15 Aug 2017 08:55
Last Modified: 15 Aug 2017 08:55
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/19680

Actions (login required)

View Item View Item