Modernisasi lembaga pondok pesantren dalam perspektif pemikiran KH. Ahdurrahman Wahid

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Abdullah, Abdullah (2011) Modernisasi lembaga pondok pesantren dalam perspektif pemikiran KH. Ahdurrahman Wahid. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Abdullah_D01207148.pdf

Download (4MB) | Preview
Official URL: http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/25503

Abstract

Salah satu lembaga pendidikan yang mcmpunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan yang lainnya adalah pesantren. Di tinjau dari segi historisnya, Pesantren merupakan bentuk lembaga pribumi tertua di Indonesia. Pesantren sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak Islam masuk ke Indonesia, pesantrcn terus berkembang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya. Kehadiran pesantren dikatakan unik karena dua alasan yakni pertama, pesantren hadir untuk merespon terhadap situasi dan kondisi suatu masyarakat yang dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral atau bisa disebut perubahan sosial. Kedua, didirikannya pesantren adalah untuk menyebar luaskan ajaran universalitas Islam ke seluruh pelosok nusantara. Munculnya kesadaran di kalangan pesantren dalam mengambil langkah-langkah pembaharuan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan transfonnasi sosial. Misalnya timbul pembaharuan kurikulum dan kelembagaan pesantren yang berorientasi pada kekinian sebagai respon dari modernitas. Modernisasi Pesantren adalah satu idion yang memiliki makna tersendiri dari dua kata atau istilah yang ada di dalam l) modernisasi 2) kata pesantren, memakai kata “modernisasi pesantren” untuk membatasi kajian ini dari pemakaian dua istilah tersebut yang tidak memiliki koherensi dengan istilah yang kita maksud seperti kata “modernisasi'' yang di pakai untuk menganalisa praktik modernisme di luar pesantren. Modernisasi memiliki makna sebagai proses pergeseran sikap dan mintalitas sebagai masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntunan masa kini, atau bisa di sebut dengan “pennodeman”. Dengan demikian “modemisasi pesantren” adalah proses perubahan tata nilai seluruh totalitas perubahan secara paradigmatik ataupun praksis di dunia pendidikan pesantren yang berorentasi kearah masa depan. Membaca pemikiran KH. A bdurrahaman wahid (Gus Dur) berarti membaca samudra keilmuan yang luas cakupannya. Uni berciri khas dan fenomenal Fenominal karena beliau selalu menawarkan ide-ide mengagetkan sekaligus “kontroversial'' bagi nalar logika umum (main stream), dikatakan unik karena dalam dirinya melekat berbagai atribut baik sebagai seorang intlektual-ahli ilmu sosial-, tokoh lembaga swadaya masyarakat (LSM), budayawan, agamawan sekaligus scorang kiyai. Serta khas karena beliau adalah refresentasi tokoh yang sangat gigih membela kepentingan minoritas agar tidak. tertindas, bahkan menjadi kekuatan menindas, serta mengkritik mayoritas agar tidak bersikap sewenang-wenang karena merasa berkekuatan besar sekaligus menyelamatkan dari perilaku dictator. Khalayak banyak sudah mafhum kalau Gus Dur berasal dari keluarga pesantren. la lahir, besar dan berkembang di lingkungan pesantren. Gus Dur adalah orang yang berangkat "dari pesantren" dan semestinya segala produk dan pemikiran juga harus di-“kembalikan kepesantren". Sejak tahun 1970-an hingga setidaknya ahir tahun 1980-an, Gus Dur gencar menulis dan memberikan prasaran berbagai masalah kepesantrenan yang berkaitan dengan agama, kebudayaaan, ideologi, dan modernisasi. Topik yang menarik perhatiannya di antaranya adalah peran dan kedudukan institusi pesantren dalam modernisasi. Konon, tulisan pertamanya yang muncul di media massa adalah persoalan pesantren. Sepanjang dua dekade itu, tulisan dan prasaran Gus Dur tentang pesantren dan beberapa tema yang tekait dengannya tampil gencar di masyarakat. Perl u di katakan bahwa pada saat itu pesantren adalah topik yang sangat eksotik dan menarik. Dengan demikian "Modernisasi Lembaga Pondok Pesantren Perspektif Pemikiran Gus Dur'' adalah langkah-langkah perubahan pada lembaga pesantren agar pengajaran di pesantren tidak hanya mempelajari kitab-kitab klasik saja, tetapi juga mengajarkan mata pelajarana umum. memadukan ilmu-ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum. Hal ini perlu dilakukan karena dengan alasan mayoritas santri yang beJajar dipesantren tidak semua bertujuan ingin menjadi ulama', mereka selain mempelajari ilmu agama, dipesantren juga harus diberi pengetahuan diluar agama, yang kemudian disebut "ilmu umum" bahkan santri-santri mesti memiliki kemampuan lain agar lebih dapat mengembangkan potensi dirinya.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Abdullah, Abdullah--UNSPECIFIED
Subjects: Pesantren
Pemikiran
Keywords: Modernisasi; Pendidikan; Pesantren
Divisions: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan > Pendidikan Agama Islam
Depositing User: Editor : Abdun Nashir------ Information------library.uinsby.ac.id
Date Deposited: 19 Jul 2018 03:18
Last Modified: 19 Jul 2018 03:18
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/25503

Actions (login required)

View Item View Item