TATWIR AL-SHARI’AH : STUDY PEMIKIRAN MAHMOUD MUHAMMAD TAHA TENTANG PEMBARUAN HUKUM ISLAM

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Muzammil, Iffah (2014) TATWIR AL-SHARI’AH : STUDY PEMIKIRAN MAHMOUD MUHAMMAD TAHA TENTANG PEMBARUAN HUKUM ISLAM. PhD thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Cover.pdf

Download (81kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar Isi.pdf

Download (17kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Abstrak.pdf

Download (89kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 1.pdf

Download (229kB) | Preview
[img] Text
Bab 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (370kB)
[img] Text
Bab 3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (499kB)
[img] Text
Bab 4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (498kB)
[img] Text
Bab 5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (576kB)
[img]
Preview
Text
Bab 6.pdf

Download (23kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar Pustaka.pdf

Download (151kB) | Preview

Abstract

Tatwir al-shari’ah adalah istilah yang digunakan Mahmoud Muhammad Taha (l.1909/1911) untuk menyebut metodologi pembaruan hukum Islam yang ditawarkannya. Mahmoud Taha adalah pemikir muslim kontemporer yang lahir, besar, dan wafat di Sudan. Taha adalah sarjana teknik serta menjadi pendiri dan pemimpin Partai The Republican Brotherhood yang berjuang untuk kemerdekaan Sudan. Pada saat Nimeiry (1969-1985) berkuasa, Taha dihukum gantung (1985) atas tuduhan murtad akibat ide-ide pembaruannya.
Permasalahan yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pemikiran Taha tentang tat{wir al-shari’ah ? (2) Bagaimana basis metodologis tat{wir al-shari’ah tersebut ? (3) Bagaimana implikasi gagasan tersebut terhadap hukum Islam, baik implikasi metodologis maupun terhadap hukum Islam?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data pustaka. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan usul fiqh. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan: Pertama, pemikiran Taha merekonstruksi tiga konsep dasar usul fiqh, yaitu konsep tentang shari’ah, naskh, dan Makkiyah-Madaniyah. Berdasarkan hasil rekonstruksinya terhadap shari’ah, menurut Taha, shari’ah ‘hanyalah’ hasil pemahaman manusia terhadap din sehingga –sebagaimana fiqh—juga harus berkembang. Sementara itu, naskh adalah “penangguhan keberlakuan suatu ayat hingga datang waktu yang tepat untuk diberlakukan. Adapun Makkiyah-Madaniyah, Taha menyatakan bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat usul yang menjadi risalah Islam kedua yang ditujukan kepada masyarakat modern dan menjadi pemilik waktu abad ke-dua puluh, sementara Madaniyah adalah ayat-ayat furu’ yang ditujukan kepada masyarakat sebagaimana abad ketujuh dan menjadi risalah pertama yang sudah selesai menjalankan tugasnya. Dari hasil rekonstruksinya terhadap tiga konsep tersebut, Taha menyimpulkan bahwa pada saat ini umat Islam harus menjalankan ayat Makkiyah dan me-nasakh ayat Madaniyah. Ayat Makkiyah saat ini menjadi muhkam, sementara Madaniyah mansukh.
Kedua, basis metodologis pemikiran ini lemah karena berangkat dari asumsi yang memperlakukan Makkiyah-Madaniyah secara kontradiktif-dikotomis. Ketika ayat Makkiyah diberlakukan, pada saat yang sama ayat Madaniyah tidak dapat diberlakukan. Begitu pula sebaliknya. Namun demikian, gagasan tersebut tidak berhasil dibuktikan.
Ketiga, secara metodologis, gagasan ini berimplikasi mengubah beberapa konsep dasar dalam usul fiqh, di antaranya qat’i-zanni, ijtihad, nasikh-mansukh, dan usul/kully-furu’/juz’i. Menurutnya, qat’i adalah ayat-ayat usul, sementara ayat-ayat furu’ berkekuatan zanni. Dengan konsepsi ini, maka ijtihad berlaku terhadap ayat-ayat yang selama ini dianggap qat’i oleh jumhur, seperti,waris, saksi, dan lain-lain. Sebagai implikasi dari gagasannya tentang nashk, maka seluruh ayat yang selama ini dinyatakan tidak berlaku, saat ini dapat diberlakukan kembali, sebaliknya seluruh ayat Madaniyah harus dinyatakan mansukh. Akibatnya, kurang lebih seribu ayat Madaniyah, saat ini harus dinyatakan mansukh. Dari sisi produk hukum, gagasan ini juga mengubah beberapa ketentuan hukum yang selama ini dianggap jumhur tidak dapat mengalamai perubahan seperti waris, saksi, dan lain-lain serta jihad dalam kaitannya dengan non muslim.
Berdasarkan implikasi di atas, penelitian ini menolak gagasan Taha tentang tatwir al-shari’ah (kontra tat{wir al-shari’ah) sekaligus menolak teori naskh yang dikemukakan jumhur. Dalam penelitian ini terbukti bahwa teori naskh , baik versi Taha maupun versi jumhur berangkat dari asumsi yang lemah secara metodologis.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (PhD)
Additional Information: Ridlwan Nashir
Creators:
CreatorsEmailNIM
Muzammil, IffahUNSPECIFIEDUNSPECIFIED
Subjects: Hukum Islam
Keywords: Pembaruan Hukum Islam; Kontradiktif-Dikotomis; Makkiyah; Madaniyah
Divisions: Program Doktor > Ilmu Keislaman
Depositing User: Editor : Ummir Rodliyah------ Information------library.uinsby.ac.id
Date Deposited: 12 Feb 2015 02:56
Last Modified: 12 Feb 2015 02:56
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/670

Actions (login required)

View Item View Item