This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Rosyidah, Haaniyatur (2017) Studi komparasi pandangan fikih madzhab Syafi’i dan fikih madzhab Hanafi tentang ‘iddah dan ihdad. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Cover.pdf Download (695kB) | Preview |
|
|
Text
Abstrak.pdf Download (365kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Isi.pdf Download (374kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 1.pdf Download (646kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 2.pdf Download (920kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 3.pdf Download (656kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 4.pdf Download (502kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 5.pdf Download (370kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (381kB) | Preview |
Abstract
Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tentang bagaimana pandangan madzhab Syafi’i dan pandangan madzhab Hanafi tentang ‘iddah dan ihdad, dan bagaimana perbandingan antara madzhab Syafi’i dan madzhab Hanafi tentang ‘iddah dan ihdad. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, karenanya data penelitian dihimpun melalui pembacaan dan kajian teks (text reading) menggunakan literatur-literatur yang relevan. Literatur yang relevan di sini adalah kitab-kitab dari ulama Madzhab Syafi’i dan ulama Madzhab Hanafi khususnya terhadap pembahasan ‘iddah dan ihdad. Kemudian data diolah dengan paparan deskriptif dan dianalisis dengan teknik komparasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ‘iddah menurut madzhab Syafi’i adalah masa menunggu bagi perempuan untuk mengetahui sucinya rahim karena berpisah dengan suami (cerai atau meninggaldunia). Sedangkan ihdad menurut madzhab Syafi’i adalah meninggalkan segala bentuk berhias yang harus dilakukan perempuan dalam masa berkabungnya karena meninggalnya suami. Tidak jauh berbeda dengan madzhab Syafi’i dalam member makna ‘iddah dan ihdad, madzhab Hanafi juga mengartikan masa ‘iddah sebagai masa menunggu dan ihdad adalah masa berkabung. Yang menjadi perbedaan antara kedua madzhab ini adalah dalam mengartikan kata quru’ dalam perhitungan ‘iddah. Dengan memakai pendapat madzhab Syafi’i yang mengartikan quru’ sebagai masa suci akan lebih cepat selesai daripada bila mengartikan quru’ sebagai masa haid seperti pendapat madzhab Hanafi. Perbedaan lainnya terdapat pada diperbolehkannya perempuan yang sedang menjalani ihdad untuk keluar dari rumah. Madzhab Syafi’i cenderung lebih longgar dalam masalah ini. Tidak disebutkan secara jelas untuk keperluan apa ia diperbolehkan keluar rumah. Sedangkan menurut madzhab Hanafi hanya diperbolehkan untuk bekerja saja, karena untuk mencukupi kehidupan keluarganya. Perbedaan lainnya adalah madzhab Hanafi mewajibkan ber-ihdad bagi perempuan yang ditalak sedangkan madzhab Syafi’i hanya dianjurkan saja. Dari paparan di atas, dengan perbedaan quru’ akan menimbulkan perbedaan lamanya masa ‘iddah dan perbedaan diperbolehkan keluar rumah atau tidak dikedua madzhab ini memberi sedikit kelonggaran. Oleh karenanya, untuk perempuan masa kini, yang dalam kondisi ‘iddah maupun ihdad, tetaplah harus melaksanakan kewajiban ‘iddah sebagai mana yang telah diatur. Jika ia harus bekerja maka niat etap melaksanakan ihdad-nya selama tidak melanggar ketentuan-ketentuan.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Perbandingan Madzhab | ||||||
Keywords: | Fikih madzhab Syafi’i; fikih madzhab Hanafi; ‘iddah; ihdad | ||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Hukum Keluarga Islam | ||||||
Depositing User: | Rosyidah Haaniyatur | ||||||
Date Deposited: | 14 Nov 2017 06:29 | ||||||
Last Modified: | 14 Nov 2017 06:29 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/21313 |
Actions (login required)
View Item |