This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Yakin, Husnul (2009) Ajaran awatara dalam Agama Hindu perspektif tasawuf Islam. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Husnul Yakin_E02304027.pdf Download (2MB) |
Abstract
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana ajaran Awatara dalam Agama Hindu? Bagaimana hubungan antara Tuhan dan hamba menurut ajaran Awatara dan menurut Tashawuf Islam? Bagaimana perspektif ajaran Awatara menurut ajaran Tashawuf Islam? Penelitian dihimpun melalui menelaah, membaca, menganalisa sumber data yang ada, yang selanjutnya dianalisa dengan metode komparatif, yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan data ajaran Awatara. Hasil penelitian adalah ajaran Awatara adalah perwujudan Sang Hyang Widhi ke dunia dengan mengambil bentuk yang dengan perbuatan atau ajaran suci, memberi tuntunan untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan yang diakibatkan oleh kegelapan Awidya. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara kedua pemikiran tersebut di atas menggunakan metode komparasi Dari hasil penelitian diuraikan dalam beberapa kesimpulan, yaitu: Persamaan pemikiran tentang ketuhanan ajaran Awatara Dalam Agama Hindu dan tashawuf Islam ini bahwasanya Tuhan yang wajib disembah adalah satu (Tuhan Esa), ia telah ada sebelum penciptaan sebab ia kekal adanya dalam artian tidak terikat oleh waktu dan tempat, ia tidak dilahirkan dan tidak melahirkan. Ajaran Awatara dalam Agama Hindu menjelaskan bahwa Tuhan, jiwa dan benda, ketiganya mewujudkan suatu kesatuan yang organis, sama halnya dengan jiwa dan tubuh pada manusia juga mewujudkan suatu kesatuan yang organis. Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) segala makhluk yang ada berasal dari Tuhan, bersifat goib, tak berwujud, tak terbatas oleh waktu, menguasai segala kebingungan, tak termusnahkan, sedangkan dalam konsep Wahdah Al-wujud Ibnu Arabi bahwa alam semesta ini sebagai penampakan lahir (tajalli), dari nama-nama dan sifat-sifat Tuhan yang sebenamya ialah esensinya mutlak, yaitu menampakkan diri dalam rupa wujud terbatas sehingga yang ada hanya satu saja. Tuhan mempunyai kepribadian yang mutlak, Tuhan adalah sumber kesadaran yang kekal dan abadi. Tuhan adalah sumber segala ciptaan di dunia ini. Tuhan itu tidak berwujud dan tidak dapat diwujudkan. Dalam tashawuf Islam satu hal yang membedakan secara umum antara tashawuf Islam dengan Ajaran Awatara dalam Agama Hindu ini bahwasanya dalam tashawuf kalau seseorang ingin manunggaling kawulo gusli atau berada sedekat-dekatnya dengan Tuhan, maka mereka tidak bisa dilepaskan dari Syari’at Islam, karena Syari’at Islam itu merupakan satu jembatan untuk tercapainya tujuan tashawuf itu sendiri. Seseorang kalau ingin manunggal dengan Tuhan, maka mereka tidak bisa dilepaskan atau terikat dari hukum sebab akibat atau hukum karma, karena hukum karma merupakan jalan untuk mencapai Moksa (kembali kepada asalnya Tuhan).
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Agama > Hindu Tasawuf |
||||||
Keywords: | Ajaran awatara; Hindu; Tasawuf Islam | ||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Perbandingan Agama | ||||||
Depositing User: | Editor : Arifah Wikansari------ Information------library.uinsby.ac.id | ||||||
Date Deposited: | 13 Dec 2017 03:29 | ||||||
Last Modified: | 13 Dec 2017 03:29 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/21632 |
Actions (login required)
View Item |