Tipologi kepemimpinan politik KH. Abdurrrahman Wahid

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Rosyid, Halimur (2010) Tipologi kepemimpinan politik KH. Abdurrrahman Wahid. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Preview

Text
Halimur Rosyid_E04206010.pdf
Download (19MB) | Preview

Abstract

Penelitian dengan judul "Tipologi Kepemimpinan Politik KH. Abdurrahman Wahid" ini, menggunakan pendekatan kualitatif dan memalcai jenis penelitian pustaka (library research), yaitu jenis penelitian yang kajian penelitianya seluruhnya berdasarkan pada kajian pustaka atau literature yaitu dengan memilih, menelaah, dan meneliti buku-buku atau sumber tertulis yang relevan dengan judul penelitian. Penelitian ini ditujukan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu: Bagaimana tipologi kepemimpinan politik KH. Abdurrahman Wahid?. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik yang sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolahnya dengan tujuan menangkap pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan. Baik itu pernyataan secara langsung maupun tidak langsung dari objek yang diteliti, yang harus diperhatikan adalah bahwa penelitian ini hanya melihat sosok Gus Dur dari perspektif kepemimpinan pada saat berada pada strulctur politik, baik itu dilihat dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Gus Dur, maupun gaya kepemimpinan Gus Dur dari beberapa perspektif tokoh yang lain, diluar hal itu peneliti tidak dapat menyimpulkanya. Hasil penelitian ini meyimpulkan bahwa tipologi kepemimpinan politik Gus Dur adalah kharismatik-transformasional. Pola transformasional yang muncul sebenarnya berdasarkan kebijakan Gus Dur yang cukup visioner. Meskipun Gus Dur dalam mengambil kebijakan tersebut cenderung mengandalkan sikap kharismatik yang dimilikinya, namun Gus Dur tidak pernah melakukan tekanan serta ancaman dengan menggunakan kekerasan atau kekuatan militer, namun sikapnya yang terlalu berani (courage) serta kemauan kuatnya (passion) dalam memutuskan kebijakan yang dalam perspektifnya dianggap paling benar, hal itu merupakan bentuk tindakan yang telah membuat Gus Dur harus merelakan jabatanya karena kesalahannya sendiri dalam bertindak. Sehingga perlu digaris bawahi, bahwa kharismatik - transformasional yang dimaksud dalam gaya kepemimpinan Gus Dur, menurut penulis lebih mengarah pada pembenaran pribadi yang kuat oleh Gus Dur sehingga menjadi egoisme politik yang kemudian mengarah pada kebijakan yang kontroversial, kharisma yang dimiliki Gus Dur justru tidak dapat menjadi motivasi bagi para bawahanya untuk melaksanakan tugas. Kepercayaan din i yang terlalu kuat itulah yang mengarahkan pada kesimpulan bahwa pola komunikasi yang dibangun oleh Gus Dur lebih cenderung ke arah pola komunikasi dalam kehidupan tradisonal pesantren, yaitu pola kharismatik seorang santri terhadap kiainya.