Musik spiritual: telaah filosofis

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Anam, Khoirul (2017) Musik spiritual: telaah filosofis. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Khoirul Anam_F11213107.pdf

Download (1MB) | Preview

Abstract

Musik merupakan kesenian yang keindahannya dapat dinikmati melalui indera pendengaran dan telah ada sejak zaman sebelum datangnya Islam. Meski musik banyak ulama yang mengharamkan, tetapi banyak juga ulama yang mempertahankan kehalalan musik, di antaranya Al-Kindi, Al-Farābi, Ibn Sina, Ibn Bajjah, Abū Naṣr al-Sarāj, Abd al-Karīm Ibn Hawāzīn, al-Qushairi, al-Hujwīri, Imam Al-Ghazali, Ahmād al-Ghazali, Jalāl al-Dīn Rūmi dan lain-lain. Imam Ghazali adalah seorang ulama hebat dalam hujjah. Karena itu, seorang peneliti bernama Zwemmer menganggapnya seorang penyempurna agama Islam setelah nabi Muhammad. Untuk itu penelitian ini fokus pada pemikirannya tentang musik spiritual yang ditelaah menggunakan epistemologi irfani dan didekati dengan teori lebur horizon Gadamer. Musik spiritual menurut al-Gazāli adalah satu-satunya jalan untuk mengeluarkan atau menembus sesuatu yang ada dalam hati yang paling dalam yang bersifat halus dan tersembunyi (sirr). Maka dengan suara-suara yang merdu yang disusun sedemikian rupa hingga tercipta suatu irama yang harmonis akan dapat menyentuh rahasia itu dan terbukalah hijāb dan dapat mengantarkan manusia menuju tingkatan spiritual (maqām) yang paling tinggi. Bagi filsuf Islam, aliran musik spiritual ada dua, yakni revalasionisme dan naturalisme. Revalasionisme, berusaha mempercayai musik berasal dari alam metafisis melalui tersingkapnya tabir atau proses pewahyuan. Arus pemikiran ini berpusat pada pandangan bahwa musik merupakan bunyi yang dihasilkan oleh suara dalam jagat raya. Melalui kuasa Tuhan, alam raya ini diciptakan dan disusun dengan komposisi terbaik. Pun dengan seluruh gerakannya yang mengandung komposisi terbaik pula. Gerakan-gerakan itu kemudian menimbulkan suara yang indah (nyanyian), harmonis, terpadu, dan enak didengar. Adapun dalam epistemology ‘irfāni, ada dua aspek penafsiran. Pertama, dalam aspek sosial, ahli ‘irfān disebut sebagai seorang sufi. Sedangkan dalam tinjauan teori pengetahuan, mereka disebut orang-orang yang ‘ārif. Kedua, aspek teoretis bisa disebut juga dengan filsafat ketuhanan, yakni usaha mengkaji tentang Tuhan, alam, dan manusia di mana cara memperoleh pengetahuannya didasarkan pada kashf. Dalam teori lebur wawasan (fusion of horizon) Gadamer, Konsep musik spiritual Imam Al-Ghazali yang memiliki kekhasan horisonnya, setelah dipertemukan dalam ruang kajian, dikuatkan oleh teori-teori epistemologi irfani yang ada pada teks-teks karangan tokoh sufi dan filsuf yang juga memiliki horisonnya masing-masing.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Masters)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Anam, Khoirultedjamulkan@yahoo.co.idUNSPECIFIED
Subjects: Filsafat > Filsafat Agama
Musik
Keywords: Musik spiritual; epistemologi Irfani; kasyf
Divisions: Program Magister > Filsafat Agama
Depositing User: Anam Khoirul
Date Deposited: 10 Apr 2018 01:47
Last Modified: 10 Apr 2018 01:47
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/23327

Actions (login required)

View Item View Item