This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Arifin, Mohammad Zaenal (2018) Konsep khusyuk dalam al-qur’an : kajian tematik tafsir al-Munir karya Muhammad Nawawi al-Bantani. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Mohamad Zaenal Arifin_FO550853.pdf Download (4MB) | Preview |
Abstract
Problem masyarakat modern adalah sulit khusyuk atau fokus. Mereka kuat dalam beribadah tapi kurang berkualitas. Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan batasan khusyuk. Para fuqaha ’ memberikan pengertian khusyuk, yaitu rasa takut seseorang jangan sampai salat yang dikerjakannya ditolak oleh Allah SWT., yang ditandai dengan tertunduknya pandangan mata ke tempat sujud. Sementara itu, kelompok sufi memberikan definisi khusyuk yaitu menghadirkan Allah atau kebesaran-Nya di dalam benak dan hati orang yang salat, sehingga dia larut bersama Allah atau bersama kebesaran-Nya dan tidak menyadari keadaan di sekitarnya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini berupaya untuk menemukan makna khusyuk menurut Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitab tafsirnya al-Munir, dengan rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana pengungkapan term-term khusyuk dan yang sejenisnya dalam al-Qur’an ?, bagaimana konsep khusyuk dalam Tafsir al-Munir karya Muhammad Nawawi?, dan bagaimana upaya yang ditempuh untuk mewujudkan kekhusyukan? Metode yang digunakan dalam disertasi ini adalah metode mawdu’i atau tematik. Temuan penelitian ini: Secara keseluruhan term khushu ’ dengan berbagai bentuk perubahannya disebut oleh al-Qur’an sebanyak tujuh belas kali dalam berbagai surah dan ayat. Term khushu ’ dengan segala kata jadiannya dalam al-Qur’an pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut bentuk kata, urutan mushaf, dan tertib nuzul. Dalam al-Qur’an dijumpai istilah-istilah yang semakna dengan khusyu ’, antara lain: al-tadarru’, al-khudu ’, dan al-ikhba t. Secara etimologi khusyuk memiliki arti tenang, tunduk, penuh konsentrasi, bersungguh-sungguh, dan penuh kerendahan hati. Sedangkan pengertian khusyuk secara terminologi adalah ketundukan dan ketenangan, baik secara lahir maupun batin dalam segala aktivitas ibadah kepada Allah SWT. Ada beberapa hal yang dapat membantu seseorang untuk menggapai kekhusyukan, yaitu: mengenal Allah, merenungkan nasihat-nasihat al-Qur’an, senantiasa memohon kepada Allah swt. agar diberi kekhusyukan, meyakini kebenaran janji Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat. Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka hasil penelitian ini memiliki implikasi bahwa secara umum Muhammad Nawawi berbeda dengan Fuqaha ’ yang mengatakan bahwa khusyuk hanyalah khusyuk zahir, Muhammad Nawawi juga berbeda dengan pendapat para Sufi yang mengatakan bahwa khusyuk hanya khusyuk batin. Muhammad Nawawi juga berbeda dengan pendapat Fuqaha ’ yang mengatakan bahwa khusyuk dalam salat adalah sunah. Sedangkan menurut Muhammad Nawawi , khusyuk dalam salat adalah wajib. Selanjutnya Muhammad Nawawi juga berbeda dengan para Sufi bahwa khusyuk harus terwujud dalam segala bagian salat. Sedangkan Muhammad Nawawi mengatakan bahwa khusyuk cukup bagian-bagian tertentu dalam salat.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Masters) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Tafsir > Tafsir Al Qur'an Tafsir |
||||||
Keywords: | Khusyuk; Tafsir al-Munir | ||||||
Divisions: | Program Magister > Dirasah Islamiyah | ||||||
Depositing User: | Arifin Mohamad Zaenal | ||||||
Date Deposited: | 13 Feb 2019 06:56 | ||||||
Last Modified: | 13 Feb 2019 06:56 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/25275 |
Actions (login required)
View Item |