Pandangan istri nelayan Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan tentang keluarga sakinah ditinjau dari hukum Islam dan pasal 45 undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Rohmawati, Silvi (2009) Pandangan istri nelayan Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan tentang keluarga sakinah ditinjau dari hukum Islam dan pasal 45 undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Preview

Text
Silvi Rohmawati_C01205027.pdf
Download (1MB) | Preview

Abstract

Skripsi ini merupakan pcnelitian lapangan untuk menjawab pcrtanyaan tentang bagaimana pandangan istri nelayan Kel. Blimbing Kec. Paciran Kab. Lamongan. Tentang keluarga sakinah?, apa faktor yang mempengaruhi pandangan istri nelayan Kel. Blimbing Kec. Paciran Kab. Lamongan, dan bagaimana tinjauan Hukum Islam dan Pasal 45 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan terhadap pandangan istri nelayan Kelurahan Blimbing Kec. Paciran Kab. Lamongan tentang Keluarga Sakinah? dengan latar belakang masalah komunikasi di antara anggota keluarga minim dan pendidikan anak yang rendah. Data penelitian dihimpun melalui penyebaran angkct, wawancara, dokumentasi, dan observasi, yang selanjutnya dianalisis dengan teknik statistika deskriptif dengan pola distribusi frekuensi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, pandangan keluarga sakinah yang dikemukakan oleh istri nelayan Kel. Blimbing adalah keluarga bahagia yang dapat dicirikan dengan lima (5) ukuran, yaitu: suami istri tidak bertengkar sekalipun dengan anak (100%), suami istri mampu melaksanakan hubungan suami istri (100%), komunikasi diantara mereka berjalan lancar (74 %), dan ketika anak memiliki pendidikan tinggi (74%), dan segala kebutuhan mereka baik sandang pangan, dan papan terpenuhi (72%). Adapun faktor yang mempengaruhi pandangan istri nelayan Kel. Blimbing ada tiga (3), yaitu: Pertama, sosial budaya, nelayan adalah pekerjaan yang mereka anggap warisan yang dilakukan secara turun-temurun, maka istri sudah biasa dengan keadaan ditinggal suami dalam masa yang lama untuk bekerja dan waktu yang sempit saat berada di rumah untuk memenuhi kcwajibannya. Kedua, ekonomi perlu dalam membangun keluarga dalam mencukupi kebutuhannya terlebih melihat gaya hidup mereka yang konsumtif, sehingga ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi pangan hidup berkeluarga mereka. Ketiga, pendidikan, pendidikan masyarakat yang minim sekitar SMA/ Sederajat atau bahkan ke bawah mempengaruhi pola berpikir istri nelayan terutama oleh masyarakat nelayan pada umumnya dalam tiap fase kehidupannya. Sejalan dengan.kesimpulan di atasnya, hendaknya istri nelayan atau keluarga nelayan pada umumnya saling memenuhi hak dan kewajibannya dan membangun komunikasi dengan baik, berimbang, dan komprehensif, karena keduanya adalah formula dalam membangun keluarga sakinah. serta hal yang terpenting pula menjalankan kehidupan berkeluarga sebagai bagian dari ibadah kepada Allah yang mampu menjadikan suatu bangunan keluarga itu sakinah Melihat pandangan istri nelayan tentang pendidikan anak yang tinggi berhenti pada tingkah SMA/Sederajat, maka hendaknya perspektif mendidik dengan sebaik-baiknya dirubah dengan hal yang lebih baik dan tinggi lagi, meskipun akhirnya anak bekerja. Namun, setidaknya anak memiliki pola pikir yang lebih maju dengan mengurai kemampuannya pada masyarakat luas.