Pola Kaderisasi K.H. Ahmad Wahid Hasyim dakam membentuk pemuda Nahdlatul Ulama

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Yanto, Dwi (2018) Pola Kaderisasi K.H. Ahmad Wahid Hasyim dakam membentuk pemuda Nahdlatul Ulama. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Dwi Yanto_F52916003.pdf

Download (5MB) | Preview

Abstract

Tesis ini merupakan penelitian yang membahas pola kaderisasi yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Wahid Hasyim untuk membentuk pemuda Nahdlatul Ulama. ada tiga rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini. (1) Bagaimana profil K.H. Ahmad Wahid Hasyim?, (2) Bagaimana pola Kaderisasi yang dilakukan oleh K.H Ahmad Wahid Hasyim?, (3) Bagaimana bentuk interaksi yang dilakukan oleh K.H Ahmad Wahid Hasyim kepada para kadernya? .Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data pustaka dan wawancara. Metode ini dipilih agar data penelitian bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai pola interaksi dan kaderisasi K.H. Ahmad Wahid Hasyim dalam membentuk Pemuda Nahdlatul Ulama. Data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif menggunakan teori Budaya, yakni teori Interaksi Simbolik milik Herbert Blummer. Data dianalisis melalui tiga (3) tahap: pertama Perception, Kedua: Mean. Dan ketiga: Modification. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, K.H. Ahmad Wahid Hasyim adalah seorang figur yang menarik untuk dicontoh dalam berbagai hal, beliau memiliki beberapa sifat mulia diantaranya: demokratis, berpendirian kukuh, lues dan mandiri. K.H. Ahmad Wahid Hasyim memiliki beberapa kader diantaranya: K.H. Idham Chalid, K.H. Saifuddin Zuhri, K.H. Ahmad Siddiq, Ali bin Faradj Martak, K.H. Fatah Yasin, Umar Burhan dan juga Jamaluddin Malik. Kaderisasi yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Wahid Hasyim dalam membentuk karakter pemuda Nahdlatul Ulama terlihat dalam proses perjuanganya bersama para kadernya. K.H. Ahmad Wahid Hasyim memiliki beberapa simbol perjuangan: kata bermajas, kartu cap ceker, surat, alat transportasi, sowan dan juga beberapa amalan doa. Simbol-simbol ini dimaknai oleh K.H. Ahmad Wahid Hasyim dan para kadernya sebagai simbol-simbol untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Namun simbol-simbol ini kadang kala dirubah maknanya sesuai situasi dan kondisi yang terjadi pada saat itu. Misalnya kata monyet yang dirubah maknanya untuk menyindir serdadu Jepang, surat yang datang berarti perintah atau kabar situasi terbaru, sowan yang berarti penyusunan strategi perjuangan kemerdekaan, kartu cap ceker, alat transportasi dan juga doa-doa untuk perjuangan kemerdekaan.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Masters)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Yanto, Dwiwidddd24@gmail.comUNSPECIFIED
Subjects: Dirasah Islamiyah
Keywords: Politik; Surat Yusuf; Kitab
Divisions: Program Magister > Dirasah Islamiyah
Depositing User: Yanto Dwi
Date Deposited: 03 Aug 2018 07:15
Last Modified: 28 Aug 2018 02:47
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/25867

Actions (login required)

View Item View Item