This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Habibi, Mohammad (2015) GENEALOGI KEKUASAAN LEWAT WACANA “LEBIH BAIK MATI DARIPADA MENANGGUNG MALU” DI DESA PASONGSONGAN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Cover.pdf Download (542kB) | Preview |
|
|
Text
Abstrak.pdf Download (267kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar isi.pdf Download (740kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 1.pdf Download (519kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 2.pdf Download (322kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 3.pdf Download (405kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 4.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (198kB) | Preview |
Abstract
Wacana Lebih Baik Mati daripada Menanggung Malu telah menjadi bagian terpenting yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan sosial masyarakat Madura, wacana ini menjadi sifat dasar karakter bagi perilaku masyarakat madura khususnya masyarakat Desa Pasongsongan secara turun temurun sehingga memunculkan tradisi, budaya, bahkan taktik politis. Secara garis besar masyarakat memaknainya bahwa jika harga diri orang madura tersakiti maka taruhannya adalah nyawa. Dalam penilitian ini yang dikaji adalah yang pertama bagaimana proses terbentuknya diskursus atau wacana lebih baik putih tulang daripada putih mata di desa pasongsongan, dan kedua bagaimana kekuasaan yang terjadi di dalamnya melalui cara pandang genealogi foucault. Sehingga dari ke-duanya akan menampilkan beberapa gambaran secara garis besar yakni dialektika kontruksi berger dan kekuasaan dalam pandangan foucault atas wacana terkait. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yakni pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi dengan pendekatan genealogi kekuasaan foucault. Dan menggunakan dua teori dalam membangun dan membongkar fenomena wacana lebih baik putih tulang daripada putih mata yakni pertama melalui konsep teori kontruksi berger: eksternalisasi, objektifikasi, internalisasi, dan yang kedua melalui teori kekuasaan foucault. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) wacana “lebih baik mati daripada menanggung malu” tidak bisa dilepaskan dari masyarakat karena sudah mendarah daging. Terbentuknya wacana bukan hanya dari sejarah seperti yang dituturkan oleh tokoh fiktif, namun berbagai ajaran dan segala persoalan yang termuat di dalamnya. (2) kekuasaan dan pengetahuan wacana “lebih baik mati daripada menanggung malu” berjalan karena adanya individu-individu yang mengusung dan menggelorakannya seperti para blater, carok dan orang-orang yang mempunyai backing blater, sehingga wacana ini mengatur dan mengondisikan masyarakat Pasongsongan
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | Husnul Muttaqin | ||||||
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Kebudayaan Adat |
||||||
Keywords: | Kontruksi; Diskursus; Kekuasaan dan Disiplin Tubuh | ||||||
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Sosiologi | ||||||
Depositing User: | Users 283 not found. | ||||||
Date Deposited: | 27 Jan 2016 08:22 | ||||||
Last Modified: | 29 Jun 2016 03:41 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/4112 |
Actions (login required)
View Item |