This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Rifa'i, Achmad (2017) Telaah penafsiran al-Suyuti dan Sayid Qut}b terhadap cahaya Allah SWT dalam surat an-Nur ayat 35. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Achmad Rifa'i_E73213109.pdf Download (2MB) |
Abstract
Tamthil merupakan salah satu model redaksi peyampaian al-Qur’an yang bertujuan untuk menyampaikan sesuatu yang abstrak dan sulit dipahami manusia dengan keterbatasan indra manusia. Dalam ilmu kebahasaan tamthil dapat diserupakan dengan tashbih, perbedaanya terletak pada cakupan tashbih lebih umum, bahwa setiap tamthil adalah tashbih, namun tidak setiap tashbi>h adalah tamthil. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode komparatif, yaitu menggambarkan atau menjelaskan antara dua penafsiran antar mufasir yang berkaitan dengan cahaya Allah sebagaimana yang ada dalam surat an-Nur ayat 35. Tamthil cahaya Allah memiliki perbedaan dalam beberapa penafsiran para mufasir, khususnya penafsiran al-Suyūtī dengan penafsiran Sayid Qut}b. Kedua mufasir ini memiliki perbedaan baik dair segi masa hidup yang tidak sezaman, metode penafsiran, maupun pendekatan dalam menafsirannya. al-Suyūtī dalam kitabnya al-Dur al-Mansūr fī Tafsīr bi al-Ma’tsūr dan Sayid Qut}b dalam kitabnya Fi Z}ilal al-Qur’an menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan menggunakan metode tahlili yang menafsirkan ayat dengan memaparkan segala apek yang ada di dalam ayat yang ditafsirkan serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai keahlian dan kecenderungan keduanya. Namun, al-Suyūtī merujuk dari riwayah yang disebut dengan tafsir bi al-ma’thur. sedangkan Sayid Qut}b cenderung menggunakan nalarnya yang biasa disebut tafsir bi al-ra’yi. Dalam menafsirkan Tamthil Cahaya Allah kedua memiliki perbedan, dimana al-Suyūtī memaknai cahaya sebagai wujud pancaran berupa petunjuk pada umat muslim berupa iman dan al-Qur’an yang terpatri dalam hati mereka. Cahaya Allah juga terpancar sebagai peliharaan, penjagaan, limpahan, dan naungan yang Allah berikan kepada makhluknya. Sayid Qut}b menafsirkan Cahaya dengan memaparkan fungsi cahaya dalam sains teknologi, di mana cahaya manusia dapat membelah atom menjadi molekul-molekul yang tidak pertopang kecuali dengan cahaya. Atom tidak memiliki materi lain kecuali cahaya, atom itu terdiri elektron-elektron yang terlepas dengan kekuatan penopangnya adalah cahaya. Perbedaan tersebut melihatkan bahwa al-Suyūtī yang menggunakan metode bi al-ma’tsur yang menjadikan penafsiran tidak jauh dari makna sebenarnya karena penafsiran berdasarkan al-Qur’an dan hadis, sedangkan Sayid Qut}b yang bersinggungan langsung dengan dunia pendidikan Barat dan tidak dapat terlepas dari perkembangan dunia teknologi yang ia akui bahwa Barat lebih maju dalam dunia teknologi.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Al Qur'an > Amsal - al Quran Tafsir > Tafsir Al Qur'an |
||||||||
Keywords: | Cahaya; al-Suyūtī; Sayid Qut}b; tasir surat an Nur ayat 35 | ||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Alquran dan Tafsir | ||||||||
Depositing User: | achmad rifa'i | ||||||||
Date Deposited: | 12 Oct 2020 13:22 | ||||||||
Last Modified: | 12 Oct 2020 13:22 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/44435 |
Actions (login required)
View Item |