Studi komparatif pendapat Muhammad Nashiruddin Al-Abani dengan Sayyid Sabiq tentang hukum onani pada waktu puasa

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Amin, Mokhammad Rizky Khoirul (2021) Studi komparatif pendapat Muhammad Nashiruddin Al-Abani dengan Sayyid Sabiq tentang hukum onani pada waktu puasa. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

[img] Text
Mokhammad Rizky Khoirul Amin_C95217025.pdf

Download (1MB)

Abstract

Penelitian merupakan penelitian yang diperuntukkan guna menjawab dua permasalahan pada rumusan masalah yaitu, bagaimana pendapat Muhammad Nashiruddin Al-Albani dengan Sayyid Sabiq tentang Hukum onani pada waktu Puasa, serta bagaimana persamaan dan perbedaan pendapat Muhammad Nashiruddin Al-Albani dengan Sayyid Sabiq tentang Hukum onani pada waktu Puasa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode pendekatan deskriptif analisis, yaitu dengan menggambarkan objek yang diteliti melalui data dengan sebagaimana adanya, yakni terkait pendapat Muhammad Nashiruddin Al-Albani dengan Sayyid Sabiq tentang hukum onani pada waktu puasa, yang kemudian dilakukan analisis komparatif guna mencari kesimpulan. Temuan yang didapatkan dari penelitian ini adalah, bahwa Muhammad Nashiruddin Al-Albani dengan Sayyid Sabiq merupakan ulama kontemporer yang hidup dalam satu zaman meskipun berbeda dari segi kelimuan. Mereka sepakat melarang perbuatan onani karena dianggap tidak sesuai dengan etika moral, juga bukan tergolong orang yang berakhlakul karimah. Untuk perbedaan sudut pandang, bahwa Muhammad Nashiruddin Al-Albani berfokus pada bidang ilmu hadist, yang pada hal ini beliau berpendapat bahwa melakukan onani pada waktu puasa adalah boleh (tidak batal), karena perkara tersebut tidak terdapat nash yang menerangkan bahwa onani dapat membatalkan puasa, dan menyamakan onani dengan jima’ tidaklah dibenarkan, karena kedua hal tersebut jauh berbeda. Sedangkan Sayyid Sabiq berpendapat bahwa melakukan onani pada waktu puasa adalah batal dan wajib qadha’, beliau menyandarkan pendapatnya pada Ijma’ ulama yang mengqiyaskan perbuatan onani dengan perkara yang menimbulkan syahwat, hal ini berdasarkan hadist yang berbunyi “Ketika berpuasa ia meninggalkan makan, minum dan syahwat karena-Ku”. Saran yang diutarakan oleh penulis adalah bahwa ketika melakukan sesuatu yang berkenaan dengan ibadah seharusnya dilakukan secara hati-hati, karena dapat menimbulkan rusaknya suatu ibadah (batal), maka hendaklah mengetahui akan hal-hal yang menimbulkan rusaknya suatu ibadah, serta merujuklah pada pendapat ulama yang diikuti mayoritas umat muslim, karena mereka mengambil dasar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta melihat dari berbagai aspek yang berkesinambungan.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Amin, Mokhammad Rizky KhoirulRizky28amin@gmail.comC95217025
Contributors:
ContributionNameEmailNIDN
Thesis advisorArifin, Moch Zainulzainularifin231@gmail.com2017047102
Subjects: Puasa
Agama dan Ilmu Pengetahuan
Keywords: Muhammad Nashiruddin Al-Abani; Sayyid Sabiq; hukum onani; puasa
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzhab
Depositing User: Rizal Hamdani
Date Deposited: 25 May 2022 09:54
Last Modified: 25 May 2022 09:54
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/53374

Actions (login required)

View Item View Item