Rekonstruksi teori Sistem Argumen Kosmo-Telologi dan Kritik Sistemik Atas Ateisme

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Saputra, Gigih (2023) Rekonstruksi teori Sistem Argumen Kosmo-Telologi dan Kritik Sistemik Atas Ateisme. PhD thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Gigih Saputra_01040120008_OK.pdf
Download (1MB)

Abstract

Disertasi ini berangkat dari masalah perdebatan antara teisme dan ateisme yang berlangsung sepanjang zaman. Perdebatan itu menyisakan beberapa kesenjangan teoritis. Kesenjangan pertama, argumen-argumen eksistensi Tuhan tidak membentuk sistem karena antar argumen saling bertentangan dan berdiri sendiri. Hal itu dapat ditemui pada argumen kebaruan alam dan gerak abadi. Kedua, evaluasi-evaluasi mendasar argumen kosmologi dan teleologi yang kurang membongkar hakikat realitas dan konstruksi prinsip-prinsip realitas. Contohnya argumen teleologi yang kurang dapat menjawab pertanyaan seputar keterbatasan atau ketakhinggaan kausalitas. Ketiga, integrasi filsafat-sains yang kurang berimbang dan kurang mendalam karena di satu sisi lebih mendalam pada argumen filosofisnya dan sebaliknya. Contohnya, para saintis yang mengandalkan Big Bang, namun kurang memiliki analisis filosofis. Rumusan pertama disertasi ini tentang konstruksi argumen kosmologi dan teleologi beserta dekonstruksi terhadapnya. Kedua, rekonstruksi teori sistem argumen pembuktian eksistensi Tuhan. Ketiga, perumusan teori sistem kritik atas ateisme. Pendekatan disertasi ini menggunakan filsafat ketuhanan yang ditunjang oleh kosmologi modern. Penulis menggunakan teori al-Kindī sebagai teori utama yang menunjukkan keterbatasan segala sesuatu dan kritik atas ketakhinggaan. Teori-teori pendukung tentang argumen kalam Peter Kreeft tentang keterbatasan alam dan kritiknya atas ketakhinggaan alam. Selain itu argumen keterbatasan alam yang dipopulerkan oleh Muhammad As-Shadiqi dan teori Big Bang untuk menjelaskan mekanisme kebermulaan alam. Metode analisis disertasi ini menekankan logika induktif dan holistika. Logika induktif berperan untuk mencari pola baru suatu argumen dan holistika tercermin pada pendekatan filsafat dan kosmologi. Temuan disertasi ini adalah teori sistem argumen eksistensi Tuhan dan teori sistem kritik atas ateisme. Sistem argumen berangkat dari dekonstruksi atas argumen kosmologi dan teleologi. Sistem itu membuktikan eksistensi Tuhan berbasis prinsip kekurangan sebagai hakikat realitas yang membingkai prinsip kebutuhan, ketergantungan, keteraturan, dan kekacauan yang berujung pada penciptaan dari tiada serta keterbatasan kausalitas immaterial jika eksis. Sistem kritik menunjukkan bahwa ketakhinggaan gagal menjelaskan realitas dan mengandung berbagai kontradiksi. Argumen-argumen ateisme juga saling bertentangan sehingga tidak membentuk sistem. Berdasarakan teori sistem kritik, ateisme tidak akan dapat berkembang dan hanya seolah kuat karena didukung oleh berbagai pembingkaian kesan seperti ateisme sangat rasional dan berbasis di Barat sebagai kiblat dunia. Implikasi teoritis disertasi ini adalah sistem argumen sebagai teori baru untuk menganalisis argumen-argumen eksistensi Tuhan. Implikasi berikutnya adalah sistem kritik mendasari kritik atas pemikiran ateisme yang lebih spesifik dan mendalam. Implikasi terakhir disertasi ini dapat melemahkan posisi agnostisisme karena akal pikiran mampu membuktikan eksistensi Tuhan dan kekeliruan ateisme.