This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Aulia, Amiroh Vivin (2023) Reinterpretasi pemaknaan hadis Khairu Al Sufuf Al-Nisa' melalui analisis gender. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Amiroh Vivin Aulia_07020520030 OK.pdf Download (437kB) |
|
Text
Amiroh Vivin Aulia_07020520030 Full.pdf Restricted to Repository staff only until 28 December 2026. Download (2MB) |
Abstract
Khairu al-sufuf al-nisa’ adalah shaf terbaik untuk perempuan ketika melakukan salat berjamaah.Dalam salat berjamaah, terdapat aturan mengenai pembentukan barisan-barisan salat dan posisi makmum yang harus diikuti serta tidak dapat sembarangan untuk menata barisan karena terdapat tata cara dalam penataan barisan salat tersebut. Berdasarkan hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Nasa’i Nomor Indeks 820. Penataan barisan (shaf) salat yaitu lebih utama laki-laki berada dibarisan depan, sedangkan utuk perempuan berada dibarisan belakang. Akan tetapi pada kenyataannya di zaman sekarang ini, banyak yang tidak menerapakn hal tersebut, melainkan mensejajarkan shaf salat antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini akan sangat menarik apabila di sandingkan dengan analisis gender.Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data (library research).serta mengidentifikasi pada kualitas dan kehujjahan hadisnya. Pendekatan yang digunakan adalah ma’anil hadith . dan implikasi antara hadis khairu al sufuf al-nisa’ dengan menggunakan analisis gender. Kesimpulan pada penelitian ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Nasa’i dikategorikan sebagai hadis yang berkualitas shahih li dhatihi dan dapat dijadikan hujjah.Pemahaman dalam hadis Sunan al-Nasa’i Nomor Indeks 820, menjelaskan bahwa bahwa menurut pendapat ulama, shaf depan diutamakan karena orang yang berjamaah ke masjid berangkat lebih awal dibandingkan jamaah yang lain. Oleh sebab itu orang yang datang terakhir ke masjid kemudian menyelinap maju ke depan tidak mendapatkan pahala yang sama dengan jamaah yang ada di shaf depan tapi berangkat awal. Selain itu shaf depan mengindikasikan bukan hanya sekadar mengejar tempat terdepan dan mengejar pahala melainkan juga mencakup aspek-aspek seperti ketertiban, khusyuk, dan ketaatan terhadap tuntunan agama yang lebih luas serta menghindari madharat. Hadis tersebut juga memberikan pemahaman bahwa perempuan lebih utama salat di shaf belakang karena untuk menghindari fitnah. Setelah dianalisis menggunakan pendekatan analisis gender menjelaskan bahwa hadis tersebut dapat dimaknai ulang. Bahwa shaf perempuan tidak mengapa sejajar atau berdampingan dengan shaf laki-laki. Di kehidupann modern seperti sekarang praktik tersebut sudah banyak diterapkan. Hal ini dikarenakan tidak dikhawatirkannya terjadi fitnah mengingat di tempat-tempat salat sudah ada satir atau sekat yang menghalangi pandangan para jamaah laki-laki dan perempuan. Menurut analisis gender pemaknaan seperti ini termasuk dari intisari dari kesetaraan gender, yakni shaf perempuan yang awalnya dipahami lebih baik di belakang laki-laki berubah menjadi sejajar atau berdampingan.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Gender Hadis Ulama |
||||||||
Keywords: | Khairu al sufuf al-nisa’; Sunan al-Nasa’i; Analisis Gender. | ||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Hadis | ||||||||
Depositing User: | Amiroh Vivin Aulia | ||||||||
Date Deposited: | 28 Dec 2023 03:26 | ||||||||
Last Modified: | 28 Dec 2023 03:26 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/66875 |
Actions (login required)
View Item |