Pandangan Erich Fromm terhadap agama: studi kritis terhadap konsep agama otoritarian dan humanistik

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Muid, Muid (2002) Pandangan Erich Fromm terhadap agama: studi kritis terhadap konsep agama otoritarian dan humanistik. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
E01398067 Muid 2002 ok.pdf
Download (47MB)

Abstract

Skripsi ini, adalah hasil penelitian kepustakaan mengenai "Pandangan Erich Fromm Terhadap Agama". ( Studi kritis Terhadap konsep Agama Otoritarian Dan Humanistik ). Penelitian ini bertuj uan untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan tentang, Pandangan Erich Fromm Terhadap Agama, Terutama tentang Konsep Agama ototitarian dan Humanistiknya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, Agama bagi Fromm, merupakan kebutuhan yang mendasar bagi umat manusia. Pemyataan Fromm ini, berbijak pada definisi agama yang ia pahami, yakni "any system of thought and action shared by a group which gives the individual a frame of orientation and anobject of devotion"(suatu sistem pemikiran dan tindakan yang dilakukan bersama kelompok yang memberikan individu kerangka orientasi dan obyek pengabdian). Karena itulah maka, tidak ada manusia yang tidak beragama. Namun, ketika melihat ajaran agama dan keberagamaan pemeluknya, Fromm melihat, agama-agama tersebut bersifat Otoritarian, yang selalu memaksa manusia untuk tunduk dan patuh pada kekuatan yang diluar manusia. Agama ini menurut Fromm, hanya membuat manusia teralienasi dari dirinya sendiri dan tidak menyadari potensi dan kekuatannya sebagai manusia. Berangkat dari hipotesisnya tentang agama tersebut, kemudian Fromm menawarkan ide Agama Humanistik. Yakni agama yang berpusat pada kekuatan manusia,yang tidak membuat manusia teralienasi, seperti pada awal datangnya agama Wahyu. Dari dua bentuk agama yang dikonsepsikan fromm inilah, kemudian penelitian ini lebih difokuskan pada anlisis-kritis terhadap dua konsep agama tersebut. Akhimya, penulis melihat bahwa Fromm dalam memandang dan meneliti agama masih kurang obyektif, karena tidak semua ajaran agama tersebut berwatak otoritarian,bahkan tidak sedikit ajaran agama yang selalu mengajarkan umat manusia untuk berwatak humanistik.