Konsumerisme berlabel agama pada Era Revolusi Industri 4.0 di Indonesia perspektif teori Simulacra dan Hyperreality Jean Baudrillard

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Widyantoro, Bagus (2022) Konsumerisme berlabel agama pada Era Revolusi Industri 4.0 di Indonesia perspektif teori Simulacra dan Hyperreality Jean Baudrillard. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Bagus Widyantoro_E91216032 ok.pdf
Download (1MB)

Abstract

Perkembangan dunia kini telah mencapai pada revolusi industri 4.0. yaitu tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomasi dengan teknologi. perkembangan ini dapat mengubah seluruh tatanan masyarakat termasuk budaya dan gaya hidupnya. Pada era ini banyak berkembang pola perilaku yang dianggap tren tetapi tidak membawa manfaat di tengah masyarakat, salah satunya adalah perilaku konsumtif. Tidak hanya sampai di sana, konsumtif ini juga melebar ke produk-produk yang berlabel agama. Dari latar belakang tersebut penulis menemukan beberapa masalah antara lain, mengetahui Revolusi Industri 4.0 di Indonesia, dan budaya konsumerisme berlabel agama di era Revolusi Industri 4.0 pada masyarakat Indonesia serta konsumerisme berlabel agama pada era Revolusi Industri 4.0 di Indonesia dalam analisis simulacra dan hippereality Jean Baudrillard. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan metode analisis isi dengan analisa berupa data naratif. Pendekatan yang digunakan adalah Marxis, karena peneliti ingin memunculkan antitesis dari Revolusi Industri 4.0 dengan relasi kebangkitan konsumerisme di Indonesia dengan teori yang digunakan adalah Simulacra dan Hyperreality Jean Baudrillard. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sekarang dengan berkembangnya teknologi digital pada masa Revolusi 4.0, membuat Pemasaran di era informasi digital saat ini terjadi terlalu cepat. Iklan komersial bekerja sebagai simulacrum, membuat produk dan gambar yang diciptakan dalam pikiran manusia tampak alami dan alami, meskipun kenyataannya ambigu, termasuk simbol-simbol dalam agama yang dikonsumsi.