This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Shoim, Shoim (2015) STUDI KOMPARASI ANTARA PEMIKIRAN MADHHAB HANAFI DAN MADHHAB SHAFI’I TENTANG KONSEP WALI MUJBIR. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Cover.pdf Download (678kB) | Preview |
|
|
Text
Abstrak.pdf Download (149kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Isi.pdf Download (155kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 1.pdf Download (350kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 2.pdf Download (411kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 3.pdf Download (369kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 4.pdf Download (418kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 5.pdf Download (179kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (213kB) | Preview |
Abstract
Skripsi ini dengan judul “Studi Komparasi Antara Pemikiran Madhhab Hanafi dan Shafi’i Tentang Konsep Wali Mujbir”, merupakan penelitian kepustakaan (library reseach) berupa skripsi komparasi pemikiran madhhab Hanafi dengan madhhab Shafi’i, tentang konsep wali mujbir. Penulis menemukan masalah berupa, pertama bagaimana konsep wali mujbir menurut madhhab Hanafi dan madhhab Shafi’I, kedua apa persamaan dan perbedaan serta analisis dari pendapat madhhab Hanafi dan madhhab Shafi’i tentang konsep wali mujbir.
Madhhab Hanafi beralasan bahwa, adanya wali mujbir sangat dibutuhkan. Karena, hal tersebut untuk memberikan kemaslahatan dan mewakili orang yang berada di dalam perwalianya dalam bertasarruf. Begitu juga dengan madhhab Shafi’i, bahwa wali mujbir merupakan hal yang sangat penting, karena wali mujbir, akan membantu anak gadisnya dalam hal perkawinan.
Menurut madhhab Hanafi yang berhak menjadi wali mujbir adalah semua wali dari jalur ‘asabah, sedangkan wali mujbir hanya bisa diberlakukan untuk anak perempuan yang belum baligh. Madhhab Hanafi juga memberlakukan persyaratan bagi wali mujbir, yakni harus bisa mendatangkan calon suami yang sekufu bagi anak perempuanya. Sedangkan perwalian untuk orang gila semua perwalianya wali mujbir.
Menurut madhhab Shafi’i yang berhak menjadi wali mujbir hanyalah bapak, dan kakek. Sedangkan obyek wali mujbir adalah anak perempuan yang masih gadis (al-bikr), madhab Shafi’i juga mensyaratkan untuk wali mujbir, yakni harus bisa mendatangkan calon suami yang tidak ada permusuhan antara wali dan juga dengan sigadis, sekufu, mampu membayar mahar, maharnya berupa mahar mithil, serta maharnya harus sesuai dengan kebiasaan suatu daerah tersebut, harus diserahkan secara langsug (hallan). Sedangkan untuk perwalian terhadap orang gila perwalianya berupa wali mujbir.
Pendapat madhhab Hanafi dengan madhhab Shafi’i tentang konsep wali mujbir memiliki perbedaan, yaitu terkait orang yang berhak menjadi wali mujbir, serta alasan hukum terkait obyek wali mujbir, persyaratan bagi wali mujbir, sedangkan persamaan di antara kedua madhhab tersebut adalah tentang perwalian mujbir terhadap orang gila.
Untuk Wali mujbir, sebaiknya sebelum menikahkan anak gadisnya dengan calon suami pilihanya, anak perempuan tersebut, dimintai izin terlebih dahulu, serta diberi waktu untuk mengenal calon suaminya. Agar rumah tangganya nanti tentram, serta penuh dengan cinta kasih.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | Abdul Kholiq Syafa’at | ||||||
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Hukum Islam > Perkawinan | ||||||
Keywords: | Madhhab Hanafi; Madhhab Shafi’i; Wali Mujbir; Perkawinan | ||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Hukum Keluarga Islam | ||||||
Depositing User: | Editor : Yuhyil Ayda------ Information------library.uinsby.ac.id | ||||||
Date Deposited: | 28 Oct 2015 08:08 | ||||||
Last Modified: | 28 Oct 2015 08:08 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/2482 |
Actions (login required)
View Item |